Jumat, 20 April 2012

Klebsiella pneumoniae

Klebsiella pneumoniae

 

Taksonomi

Kingdom   :   Bacteria
Phylum      :  Proteobacteria
Class         :  Gamma Proteobacteria
Order        :  Enterobacteriales
Family       :  Enterobacteriaceae
Genus       :  Klebsiella
Species     :  Klebsiella pneumoniae

Sejarah

Pada tahun 1882 Friedlander mengisolasi kuman ini dari pneumonia labor, kemudian penyediaan disempurnaka oleh Frenkel dan Weichelbaum pada tahun 1886 menemukan batang pendek yang umumnya berbentuk mucoid.

Morfologi

  • Berbentuk batang pendek (0,5-1,5 x 1-2 mikron)

  • Gram (-)

  • Tidak berspora

  • Tidak berflagel

  • Mempunyai selubung 2-3x ukuran kuman

Sifat Biakan

Mudah dibiakan di media sederhana (bouillon agar). Pada media padat tumbuh dengan koloni mucoid (24 jam), putih keabuan dan permukaannya mengkilat. pH untuk hidup 6,0-7,8 dan suhu 35OC.

Pada Media MC (Mac Conkey)

Koloni Klebsiella pneumoniae

Reaksi Biokimia

Memecah karbohidrat menjadi asam dan gas: laktosa, sukrosa dan inositol Merah motil (+) dan Voges Proskauer (-) dan lambat memecah urea.

  • KIA --- Ferm : ac/ac

                    H2S  : (-)

                    Gas   : (+)

  • SIM --- Indol : (-)

                    Motil : (-)

                     H2S  : (-)

  • UREA           : (+)

  • CITRAT       : (+)

  • MR               : (-)

  • VP                : (-)

  • GLUKOSA   : (+)g

  • MALTOSA   : (+)

  • MANITOL    : (+)

  • LAKTOSA    : (+)

  • SAKAROSA : (+)

Antigen

Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan penyakit karena
mempunyai dua tipe antigen pada permukaan selnya:
• Antigen O
Antigen O adalah lipopolisakarida yang terdapat dalam
sembilan varietas.
• Antigen K
Antigen K adalah polisakarida yang dikelilingi oleh
kapsula dengan lebih dari 80 varietas. Bersifat spesifik dan menimbulkan immunitas yang cukup baik.

Kedua antigen ini meningkatkan patogenitas Klebsiella pneumonia.
Selain itu, Klebsiella pneumonia mampu memproduksi enzim ESBL
(Extended Spektrum Beta Lactamase) yang dapat melumpuhkan kerja
berbagai jenis antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan bakteri kebal dan
menjadi sulit dilumpuhkan.

Habitat

Klebsiella pneumonia banyak ditemukan
di mulut, kulit, dan sal usus, namun habitat alami dari Klebsiella pneumonia
adalah di tanah.

Patologis

Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan pneumonia. Pneumonia
adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Pneumonia yang disebabkan oleh Klebsiella pneumonia dapat berupa
pneumonia komuniti atau community acquired pnuemonia. Pneumonia
komuniti atau community acquired pnuemonia adalah pneumonia yang di
dapatkan dari masyarakat. Strain baru dari Klebsiella pneumonia dapat
menyebabkan pneumonia nosomikal atau hospitality acquired pneumonia,
yang berarti penyakit peumonia tersebut di dapatkan saat pasien berada
di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan. Klebsiella pneumonia
umumnya menyerang orang dengan kekebalan tubuh lemah, seperti
alkoholis, orang dengan penyakit diabetes dan orang dengan penyakit
kronik paru-paru.

Rangkuman

Klebsiella pneumonia adalah bakteri Gram negatif yang berbentuk
batang (basil). Klebsiella pneumonia tergolong bakteri yang tidak dapat
melakukan pergerakan (non motil). Berdasarkan kebutuhannya akan
oksigen, Klebsiella pneumonia merupakan bakteri fakultatif an aerob.
Klebsiella pneumonia dapat memfermentasikan laktosa. Pada test dengan
indol, Klebsiella pneumonia akan menunjukkan hasil negatif. Klebsiella
pneumonia dapat mereduksi nitrat.

 

Daftar Pustaka

Santosa, Noegroho. 1989. Bakteriologi Klinik. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan RI.

Rabu, 11 April 2012

PEMANIS SINTETIS

Bahan Tambahan Pangan

Bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaryhi sifat atau bentuk pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi.

Pemanis Buatan

bahan tambahan pangan yang dapat menyebabkan terutama rasa manis pada produk
pangan yang tidak atau sedikit mempunyai nilai gizi atau kalori

Macam-macam Pemanis Buatan

  • Alltam

  • Asesulfam-K (Acesulfame Potassium)

  • Aspartam (Aspartame)

  • Isomalt

  • Laktitol (Lactitol)

  • Maltitol (Maltitol)

  • Manitol (Mannitol)

  • Neotam (Neotame)

  • Sakarin (Saccharin)

  • Siklamat (Cyclamates)

  • Sillitol (Xylitol)

  • Sorbitol

  • Sukralosa (Sucralose)

 

1. Alitam (Alitame)

Deskripsi
Alitam dengan rumus kimia C14H25N3O4S.2,5 H2O atau L-a-Aspartil-N-[2,2,4,4-tetrametil-3-
trietanil]-D-alanin amida, hidrat dan merupakan senyawa yang disintesis dari asam amino Lasam
aspartat, D-alanin, dan senyawa amida yang disintesis dari 2,2,4,4-tetra
metiltienanilamin. Alitam memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 2.000 kali tingkat
kemanisan sukrosa dengan nilai kalori 1,4 kkal/g atau setara dengan 5,85 kJ/g.
Penggunaannya dengan pemanis buatan lainnya bersifat sinergis.

Fungsi lain
Tidak ada.

Kajian keamanan
Alitam dapat dicerna oleh enzim dalam saluran pencernaan dan diserap oleh usus berkisar
antara 78% sampai dengan 93% dan dihidrolisis menjadi asam aspartat dan alanin amida.
Sedangkan sisa alitam yang dikonsumsi yaitu sebanyak 7% sampai dengan 22%
dikeluarkan melalui feses. Asam aspartat hasil hidrolisis selanjutnya dimetabolisme oleh
tubuh dan alanin amida dikeluarkan melalui urin sebagai isomer sulfoksida, sulfon, atau
terkonjugasi dengan asam glukoronat. Oleh karena itu, CCC menyebutkan alitam aman
dikonsumsi manusia. Sedangkan JECFA merekomendasikan bahwa alitam tidak bersifat
karsinogen dan tidak memperlihatkan sifat toksik terhadap organ reproduksi. Konsentrasi
yang tidak menimbulkan efek negatif pada hewan (level of no adverse effect) adalah
sebanyak 100 mg/kg berat badan. Sementara ADI untuk alitam adalah sebanyak 0,34
mg/kg berat badan. 

Pengaturan
CAC mengatur maksimum penggunaan alitam pada berbagai produk pangan berkisar
antara 40 mg/kg sampai dengan 300 mg/kg produk. Beberapa negara seperti Australia, New
Zealand, Meksiko, dan RRC telah mengijinkan penggunaan alitam sebagai pemanis untuk
berbagai produk pangan. 

2. Asesulfam-K (Acesulfame Potassium) 

Deskripsi
Asesulfam-K dengan rumus kimia C4H4KNO4S atau garam kalium dari 6-methyl-1,2,3-
oxathiazin-4(3H)-one-2,2-dioxide atau garam Kalium dari 3,4-dihydro-6-methyl-1,2,3-
oxathiazin-4-one-2,2 di- oxide merupakan senyawa yang tidak berbau, berbentuk tepung
kristal berwarna putih, mudah larut dalam air dan berasa manis dengan tingkat kemanisan
relatif sebesar 200 kali tingkat kemanisan sukrosa tetapi tidak berkalori. Kombinasi penggunaan asesulfam-K dengan asam aspartat dan natrium siklamat bersifat sinergis
dalam mempertegas rasa manis gula.

Fungsi lain
Penegas cita rasa (flavor enhancer) terutama cita rasa buah. 

Kajian keamanan
Beberapa kajian memperlihatkan bahwa asesulfam-K tidak dapat dicerna, bersifat non
glikemik dan non kariogenik, sehingga JECFA menyatakan aman untuk dikonsumsi manusia
sebagai pemanis buatan dengan ADI sebanyak 15 mg/kg berat badan.

Pengaturan
CAC mengatur maksimum penggunaan asesulfam-K pada berbagai produk pangan berkisar
antara 200 sampai dengan 1.000 mg/kg produk. Sementara CFR mengatur maksimum
penggunaan asesulfam-K pada berbagai produk pangan dalam GMP atau CPPB.
Sedangkan FSANZ mengatur maksimum penggunaan asesulfam-K pada berbagai produk
pangan berkisar antara 200 mg/kg sampai dengan 3.000 mg/kg produk.

4. Aspartam (Aspartame)

Deskripsi
Aspartam atau Aspartil fenilalanin metil ester (APM) dengan rumus kimia C14H18N2O5 atau 3-
amino-N(a-carbomethoxy-phenethyl)succinamic acid, N-L-a-aspartyl-L-phenylalanine-1-
methyl ester merupakan senyawa yang tidak berbau, berbentuk tepung kristal berwarna
putih, sedikit larut dalam air, dan berasa manis. Aspartam memiliki tingkat kemanisan relatif
sebesar 60 kali sampai dengan 220 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori
sebesar 0,4 kkal/g atau setara dengan 1,67 kJ/g. Kombinasi penggunaan aspartam dengan
pemanis buatan lain dianjurkan terutama untuk produk-produk panggang dalam
mempertegas cita-rasa buah.

Fungsi lain
Penegas cita rasa (flavor enhancer) terutama cita rasa buah.

Kajian keamanan
Kajian digestive dari Monsanto memperlihatkan bahwa aspartam dimetabolisme dan terurai
secara cepat menjadi asam amino, asam aspartat, fenilalanin, dan metanol, sehingga dapat
meningkatkan kadar fenilalanin dalam darah. Oleh karena itu pada label, perlu dicantumkan
peringatan khusus bagi penderita fenilketonuria. Penggunaan aspartam sesuai dengan
petunjuk FDA dinilai aman bagi wanita hamil. JECFA mengijinkan aspartam sebagai
pemanis buatan dengan ADI sebanyak 50 mg/kg berat badan.

Pengaturan
CAC mengatur maksimum penggunaan aspartam pada berbagai produk pangan berkisar
antara 500 mg/kg sampai dengan 5.500 mg/kg produk. Sementara CFR mengatur
penggunaan aspartam tidak lebih dari 0,5% dari berat bahan siap dipanggang atau dari
formulasi akhir khususnya untuk produk pangan yang dipanggang. Sedangkan FSANZ mengatur bahwa maksimum penggunaan asesulfam-K pada berbagai produk pangan
berkisar antara 150 mg/kg sampai dengan 10.000 mg/kg produk.

4. Isomalt (Isomalt)

Deskripsi
Isomalt merupakan campuran equimolar dari 6-O- -D-Glucopyranosyl-D-glucitol (GPG)
(GPG-C12H24O11) dan 1-O- -D-Glucopyranosyl-D-mannitol (GPM) dihydrate (GPMC12H24O11.2H2O)
mengandung gluko-manitol dan gluko-sorbitol dibuat dari sukrosa melalui
dua tahap proses enzimatik. Perubahan molekuler yang terjadi dalam proses tersebut
menyebabkan isomalt lebih stabil secara kimiawi dan enzimatik dibandingkan dengan
sukrosa. Isomalt berbentuk kristal berwarna putih, tidak berbau, dan berasa manis dengan
tingkat kemanisan relatif sebesar 0,45 kali sampai dengan 0,65 kali tingkat kemanisan
sukrosa. Nilai kalori isomalt sebesar 2 kkal/g atau setara dengan 8,36 kJ/kg.

Fungsi lain
Bahan pengisi (filler), pencita rasa buah, kopi, dan coklat (flavor enhancer).

Kajian keamanan
Isomalt termasuk dalam golongan GRAS (Generally Recognized As Safe), sehingga aman
dikonsumsi manusia, tidak menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan
kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes tipe I dan II .

Pengaturan
JECFA menyatakan isomalt merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk
dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan Isomalt pada berbagai produk
pangan berkisar antara 30.000 mg/kg sampai dengan 500.000 mg/kg produk dan sebagian
besar digolongkan sebagai GMP/CPPB.

5. Laktitol (Lactitol)

Deskripsi
Laktitol dengan rumus kimia C12H24O11 atau 4-O- -D-Galactopyranosil-D-glucitol dihasilkan
dengan mereduksi glukosa dari disakarida laktosa. Laktitol tidak dihidrolisis dengan laktase
tetapi dihidrolisis atau diserap di dalam usus kecil. Laktitol dimetabolisme oleh bakteri dalam
usus besar dan diubah menjadi biomassa, asam-asam organik, karbondioksida (CO2) dan
sejumlah kecil gas hidrogen (H2). Asam-asam organik selanjutnya dimetabolisme
menghasilkan kalori. Laktitol stabil dalam kondisi asam, basa, dan pada kondisi suhu tinggi,
tidak bersifat higroskopis dan memiliki kelarutan serupa glukosa. Laktitol berasa manis
seperti gula tanpa purna rasa (aftertaste) dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,3 kali
sampai dengan 0,4 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori laktitol sebesar 2 kkal/g atau
setara dengan 8,36 kJ/g.

Fungsi lain
Bahan pengisi (filler)

Kajian keamanan
Laktitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak
menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan kadar glukosa dan insulin
dalam darah bagi penderita diabetes. Hasil evaluasi Scientific Committee for Food of
European Union pada tahun 1984 menyatakan bahwa konsumsi laktitol sebanyak 20 g/hari
dapat mengakibatkan efek laksatif.

Pengaturan
JECFA menyatakan laktitol merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk
dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan laktitol pada berbagai produk
pangan berkisar antara 10.000 mg/kg sampai dengan 30.000 mg/kg produk dan sebagian
digolongkan sebagai GMP/CPPB.

6. Maltitol (Maltitol)

Deskripsi
Maltitol dengan rumus kimia C12H14O11 atau -D-Glucopyranosyl-1,4-D-glucitol termasuk
golongan poliol yang dibuat dengan cara hidrogenasi maltosa yang diperoleh dari hidrolisis
pati. Maltitol berbentuk kristal anhydrous dengan tingkat higroskopisitas rendah, dan suhu
leleh, serta stabilitas yang tinggi. Dengan karakteristik tersebut maltitol dimungkinkan bisa
sebagai pengganti sukrosa dalam pelapisan coklat bermutu tinggi, pembuatan kembang
gula, roti coklat, dan es krim. Maltitol berasa manis seperti gula dengan tingkat kemanisan
relatif sebesar 0,9 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori laktitol sebesar 2,1 kkal/g
atau setara dengan 8,78 kJ/g.

Fungsi lain
Pencita rasa (flavor enhancer), humektan, sekuestran, pembentuk tekstur, penstabil
(stabilizer), dan pengental (thickener).

Kajian keamanan
Maltitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak
menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan kadar glukosa dan insulin
dalam darah bagi penderita diabetes.

Pengaturan
JECFA menyatakan maltitol merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk
dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan maltitol pada berbagai produk
pangan berkisar antara 50.000 mg/kg sampai dengan 300.000 mg/kg produk dan sebagian
digolongkan sebagai GMP/CPPB.

7. Manitol (Mannitol) 

Deskripsi
Manitol dengan rumus kimia C6H14O6 atau D-mannitol; 1,2,3,4,5,6-hexane hexol merupakan
monosakarida poliol dengan nama kimiawi Manitol berbentuk kristal berwarna putih, tidak
berbau, larut dalam air, sangat sukar larut di dalam alkohol dan tidak larut hampir dalam semua pelarut organik. Manitol berasa manis dengan tingkat kemanisan relatif sebesar 0,5
kali sampai dengan 0,7 kali tingkat kemanisan sukrosa. Nilai kalori manitol sebesar 1,6
kkal/g atau 6,69 kJ/g.

Fungsi lain
Anti kempal (anticaking agent), pengeras (firming agent), penegas cita rasa (flavor
enhancer), pembasah atau pelumas, pembentuk tekstur, pendebu (dusting agent), penstabil
(stabilizer), dan pengental (thickener).

Kajian keamanan
Manitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak
menyebabkan karies gigi, dan tidak menyebabkan peningkatan kadar glukosa dan insulin
dalam darah bagi penderita diabetes. Konsumsi manitol sebanyak 20 g/hari akan
mengakibatkan efek laksatif.

Pengaturan
JECFA menyatakan manitol merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk
dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan manitol pada berbagai produk
pangan sebanyak 60.000 mg/kg produk dan sebagian digolongkan sebagai GMP/CPPB.

8. Neotam (Neotame)

Deskripsi
Neotam dengan rumus kimia C20H30N2O5 atau L-phenylalanine, N-[N-(3,3-dimethylbutyl)-L-
-aspartyl]-L-phenylalanine 1-methyl ester merupakan senyawa yang bersih, berbentuk
tepung kristal berwarna putih, penegas cita-rasa yang unik dan memiliki tingkat kelarutan
dalam air sama dengan aspartam serta berasa manis dengan tingkat kemanisan relatif
sebesar 7.000 kali sampai dengan 13.000 kali tingkat kemanisan sukrosa. Neotam termasuk
pemanis non-nutritif yaitu tidak memiliki nilai kalori. Penggunaan neotam dalam produk
pangan dapat secara tunggal maupun kombinasi dengan pemanis lain seperti aspartam,
garam asesulfam, siklamat, sukralosa, dan sakarin.

Fungsi lain
Penegas cita rasa (flavor enhancer) terutama cita rasa buah.

Kajian keamanan
Kajian digestive memperlihatkan bahwa neotam terurai secara cepat dan dibuang sempurna
tanpa akumulasi oleh tubuh melalui metabolisme normal. Hasil kajian komprehensif
penggunaan neotam pada binatang dan manusia termasuk anak-anak, wanita hamil,
penderita diabetes memperlihatkan bahwa neotam aman dikonsumsi manusia. Selanjutnya
neotam tidak bersifat mutagenik, teratogenik, atau karsinogenik dan tidak berpengaruh
terhadap sistem reproduksi. Kajian JECFA pada bulan Juni tahun 2003 di Roma, Italia
menyatakan bahwa ADI untuk neotam adalah sebanyak 0 mg/kg sampai dengan 2 mg/kg
berat badan.

Pengaturan
FDA dan FSANZ telah menyetujui penggunaan neotam sebagai pemanis dan pencita rasa.
Penggunaan neotam dalam berbagai produk pangan antara lain sebanyak 2 mg/kg sampai dengan 50 mg/kg produk untuk minuman ringan, sebanyak 6 mg/kg sampai dengan 130
mg/kg produk untuk produk roti, sebanyak 800 mg/kg sampai dengan 4000 mg/kg produk
untuk sediaan, sebanyak 5 mg/kg sampai dengan 50 mg/kg produk untuk produk susu),
dan sebanyak 10 mg/kg sampai dengan 1.600 mg/kg produk untuk permen karet. 

9. Sakarin (Saccharin)

Deskripsi
Sakarin sebagai pemanis buatan biasanya dalam bentuk garam berupa kalsium, kalium, dan
natrium sakarin dengan rumus kimia (C14H8CaN2O6S2.3H2O), (C7H4KNO3S.2H2O), dan
(C7H4NaNO3S.2H2O). Secara umum, garam sakarin berbentuk kristal putih, tidak berbau
atau berbau aromatik lemah, dan mudah larut dalam air, serta berasa manis. Sakarin
memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 300 sampai dengan 500 kali tingkat kemanisan
sukrosa dengan tanpa nilai kalori. Kombinasi penggunaannya dengan pemanis buatan
rendah kalori lainnya bersifat sinergis.

Fungsi lain
Penegas cita rasa (flavor enhancer) terutama cita rasa buah.

Kajian keamanan
Sakarin tidak dimetabolisme oleh tubuh, lambat diserap oleh usus, dan cepat dikeluarkan
melalui urin tanpa perubahan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa sakarin tidak bereaksi
dengan DNA, tidak bersifat karsinogenik, tidak menyebabkan karies gigi, dan cocok bagi
penderita diabetes. 

Pengaturan
JECFA menyatakan sakarin merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk
dikonsumsi manusia dengan ADI sebanyak 5,0 mg/kg berat badan. Sejak bulan Desember
2000, FDA telah menghilangkan kewajiban pelabelan pada produk pangan yang
mengandung sakarin, dan 100 negara telah mengijinkan penggunaannya. CAC mengatur
maksimum penggunaan sakarin pada berbagai produk pangan berkisar antara 80 mg/kg
sampai dengan 5.000 mg/kg produk. 

10. Siklamat (Cyclamates)

Deskripsi
Siklamat atau asam siklamat atau cyclohexylsulfamic acid (C6H13NO3S) sebagai pemanis
buatan digunakan dalam bentuk garam kalsium, kalium, dan natrium siklamat. Secara
umum, garam siklamat berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak berwarna, dan mudah
larut dalam air dan etanol, serta berasa manis. Siklamat memiliki tingkat kemanisan relatif
sebesar 30 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan tanpa nilai kalori. Kombinasi
penggunaannya dengan sakarin dan atau asesulfam-K bersifat sinergis, dan kompatibel
dengan pencitarasa dan bahan pengawet. 

Fungsi lain
Penegas cita rasa (flavor enhancer) terutama cita rasa buah.

Kajian keamanan
Pemberian siklamat dengan dosis yang sangat tinggi pada tikus percobaan dapat
menyebabkan tumor kandung kemih, paru, hati, dan limpa, serta menyebabkan kerusakan
genetik dan atropi testikular. Informasi yang dikumpulkan oleh CCC (Calorie Control
Council) menyebutkan bahwa konsumsi siklamat tidak menyebabkan kanker dan non
mutagenik. Pada tahun 1984, FDA menyatakan bahwa siklamat tidak bersifat karsinogenik.

Pengaturan
JECFA menyatakan siklamat merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk
dikonsumsi manusia dengan ADI sebanyak 11,0 mg/kg berat badan. CAC mengatur
maksimum penggunaan sakarin pada berbagai produk pangan berkisar antara 100 mg/kg
sampai dengan 2.000 mg/kg produk. Kanada dan USA tidak mengizinkan penggunaan
siklamat sebagai bahan tambahan pangan.

11. Silitol (Xylitol)

Deskripsi
Silitol dengan rumus kimia C5H12O5 adalah monosakarida poliol (1, 2, 3, 4, 5–
Pentahydroxipentane) yang secara alami terdapat dalam beberapa buah dan sayur. Silitol
berupa senyawa yang berbentuk bubuk kristal berwarna putih, tidak berbau, dan berasa
manis. Silitol memiliki tingkat kemanisan relatif sama dengan tingkat kemanisan sukrosa
dengan nilai kalori sebesar 2,4 kkal/g atau setara dengan 10,03 kJ/g.

Fungsi lain
Tidak ada.

Kajian keamanan
Silitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak
menyebabkan karies gigi, menurunkan akumulasi plak pada gigi, dan merangsang aliran
ludah dalam pembersihan dan pencegahan kerusakan gigi.

Pengaturan
JECFA menyatakan silitol merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk
dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan silitol pada berbagai produk
pangan berkisar antara 10.000 sampai dengan 30.000 mg/kg produk, dan sebagian
digolongkan sebagai GMP/CPPB.

12. Sorbitol (Sorbitol)

Deskripsi
Sorbitol atau D-Sorbitol atau D-Glucitol atau D-Sorbite adalah monosakarida poliol
(1,2,3,4,5,6–Hexanehexol) dengan rumus kimia C6H14O6. Sorbitol berupa senyawa yang
berbentuk granul atau kristal dan berwarna putih dengan titik leleh berkisar antara 89oC
sampai dengan 101oC, higroskopis dan berasa manis. Sorbitol memiliki tingkat kemanisan
relatif sama dengan 0,5 kali sampai dengan 0,7 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 2,6 kkal/g atau setara dengan 10,87 kJ/g. Penggunaannya pada suhu tinggi
tidak ikut berperan dalam reaksi pencoklatan (Maillard).

Fungsi lain
Bahan pengisi (filler/bulking agent), humektan, pengental (thickener), mencegah
terbentuknya kristal pada sirup.

Kajian keamanan
Sorbitol termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak
menyebabkan karies gigi dan sangat bermanfaat sebagai pengganti gula bagi penderita
diabetes dan diet rendah kalori. Meskipun demikian, US CFR memberi penegasan bahwa
produk pangan yang diyakini memberikan konsumsi sorbitol lebih dari 50 g per hari, perlu
mencantumkan pada label pernyataan: konsumsi berlebihan dapat mengakibatkan efek
laksatif .

Pengaturan
JECFA menyatakan sorbitol merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk
dikonsumsi manusia. CAC mengatur maksimum penggunaan sorbitol pada berbagai produk
pangan berkisar antara 500 mg/kg sampai dengan 200.000 mg/kg produk, dan sebagian
digolongkan sebagai GMP/CPPB.

13. Sukralosa (Sucralose)

Deskripsi
Sukralosa adalah triklorodisakarida yaitu 1,6-Dichloro- 1,6- dideoxy- -D-fructofuranosyl -4-
chloro-4-deoxy- -D-galactopyranoside atau 4, 1’,6’- trichlorogalactosucrose dengan rumus
kimia C12H19Cl3O8 merupakan senyawa berbentuk kristal berwarna putih; tidak berbau;
mudah larut dalam air, methanol dan alcohol; sedikit larut dalam etil asetat, serta berasa
manis tanpa purna rasa yang tidak diinginkan. Sukralosa memiliki tingkat kemanisan relatif
sebesar 600 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan tanpa nilai kalori. 

Fungsi lain
Tidak ada. 

Kajian keamananSukralosa tidak digunakan sebagai sumber energi oleh tubuh karena tidak terurai
sebagaimana halnya dengan sukrosa. Sukralosa tidak dapat dicerna, dan langsung
dikeluarkan oleh tubuh tanpa perubahan. Hal tersebut menempatkan sukralosa dalam
golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi wanita hamil dan menyusui serta anak-anak
segala usia. Sukralosa teruji tidak menyebabkan karies gigi, perubahan genetik, cacat
bawaan, dan kanker. Selanjutnya sukralosa tidak pula berpengaruh terhadap perubahan
genetik, metabolisme karbohidrat, reproduksi pria dan wanita serta terhadap sistem
kekebalan. Oleh karena itu, maka sukralosa sangat bermanfaat sebagai pengganti gula
bagi penderita diabetes baik tipe I maupun II.


Batasan Penggunaan Pemanis Buatan

  1. Pemanis buatan hanya boleh ditambahkan ke dalam produk pangan dalam jumlah
    tertentu sesuai dengan ketentuan seperti yang tercantum dalam Tabel 1 sampai dengan
    Tabel 13 SNI 01-6993-2004.

  2. Pemanis buatan dapat saling bersinergi oleh karena itu penggunaannya dapat
    dilakukan secara tunggal ataupun kombinasi.

  3. Pemanis buatan yang diizinkan dapat dikonsumsi secara umum baik oleh penderita
    diabetes mellitus, pelaku diet maupun konsumen umumnya dengan batas maksimum
    penggunaan sebagaimana tercantum dalam Tabel 1 sampai dengan Tabel 13 SNI 01-6993-2004.

  4. Pemanis buatan bawaan diizinkan terdapat dalam produk pangan sepanjang
    jumlahnya tidak melebihi batas maksimum penggunaan sebagaimana tercantum dalam
    Tabel 1 sampai dengan Tabel 13 SNI 01-6993-2004 dan tidak berpengaruh terhadap cita rasa produk pangan
    yang bersangkutan.

  5. Poliol bukan berfungsi sebagai pemanis buatan apabila digunakan sebagai pencita
    rasa, bahan pengisi, penstabil, pengental, antikempal, humektan dan sekuestran.

  6. Sorbitol termasuk golongan poliol, selain sebagai pemanis buatan dapat juga
    digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan produk pangan seperti pada:
    - permen dengan maksimum penggunaan 99%;
    - permen karet dengan maksimum penggunaan 75%;
    - jam dan jelli dengan maksimum penggunaan 30%;
    - produk pangan yang dipanggang dengan maksimum penggunaan 30%.

  7. Penggunaan pemanis buatan selain yang disebutkan pada Tabel 1 sampai dengan
    Tabel 13 harus mendapatkan izin setelah melalui proses penilaian oleh badan yang
    berwenang dalam pengawasan di bidang pangan.

  8. Pemanis buatan tidak diizinkan penggunaannya pada produk pangan khusus untuk
    bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui.


Daftar Pustaka :

SNI 01-6993-2004 (Bahan tambahan pangan pemanis buatan - Persyaratan penggunaan dalam produk pangan). Badan Standarisasi Nasional(BSN), Senayan Jakarta.

Sabtu, 07 April 2012

TEST ELISA

  Sejarah ELISA
Sebelum pengembangan ELISA, satu-satunya pilihan untuk melakukan suatu immunoassay adalah radioimmunoassay, teknik menggunakan antigen berlabel radioaktif atau antibodi. Dalam radioimmunoassay, radioaktivitas memberikan sinyal, yang menunjukkan apakah suatu antigen tertentu atau antibodi hadir dalam sampel. Radioimmunoassay pertama kali dijelaskan dalam kertas oleh Rosalyn Sussman Yalow dan Salomo Berson diterbitkan pada tahun 1960. Sebuah mikrobiologi menggunakan enzim suatu Linked tes Assay (ELISA) immunosorbent, dalam rangka untuk mengembangkan metode untuk deteksi cepat antigen p24 HIV dalam sampel darah.
Karena radioaktivitas menimbulkan ancaman kesehatan potensial, alternatif yang lebih aman itu dicari. Sebuah alternatif yang cocok untuk radioimmunoassay akan mengganti sinyal non-radioaktif di tempat sinyal radioaktif. Ketika enzim (seperti peroksidase) bereaksi dengan substrat yang sesuai (seperti ABTS atau 3,3 ', 5,5'-tetramethylbenzidine), perubahan warna terjadi, yang digunakan sebagai sinyal. Namun, sinyal tersebut harus dikaitkan dengan keberadaan antibodi atau antigen, yang mengapa enzim harus dihubungkan dengan antibodi yang sesuai. Proses menghubungkan secara independen dikembangkan oleh Stratis Avrameas dan GB Pierce. Karena itu perlu untuk menghilangkan antibodi atau antigen terikat dengan mencuci, antibodi atau antigen harus tetap ke permukaan wadah;. Yaitu, immunosorbent telah harus dipersiapkan. Sebuah teknik untuk mencapai hal ini diterbitkan oleh Wide dan Jerker Porath pada tahun 1966. 
Pada tahun 1971, Petrus Perlmann dan Eva Engvall di Universitas Stockholm di Swedia, dan Anton Schuurs dan Bauke van Weemen di Belanda mandiri makalah yang disintesis pengetahuan ini ke dalam metode untuk melakukan EIA / ELISA.
 
  Pengertian ELISA
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel. ELISA telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam bidang medis, patologi tumbuhan, dan juga berbagai bidang industri. Dalam pengertian sederhana, sejumlah antigen yang tidak dikenal ditempelkan pada suatu permukaan, kemudian antibodi spesifik dicucikan pada permukaan tersebut, sehingga akan berikatan dengan antigennya. Antibodi ini terikat dengan suatu enzim, dan pada tahap terakhir, ditambahkan substansi yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal yang dapat dideteksi. Dalam ELISA fluoresensi, saat cahaya dengan panjang gelombang  tertentu disinarkan pada suatu sampel, kompleks antigen/antibodi akan berfluoresensi sehingga jumlah antigen pada sampel dapat disimpulkan berdasarkan besarnya fluoresensi.
Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan spesifitas untuk antigen tertentu. Sampel dengan jumlah antigen yang tidak diketahui diimobilisasi pada suatu permukaan solid (biasanya berupa lempeng mikrotiter polistirene), baik yang non-spesifik (melalui penyerapan pada permukaan) atau spesifik (melalui penangkapan oleh antibodi lain yang  spesifik untuk antigen yang sama, disebut ‘sandwich’ ELISA). Setelah antigen diimobilisasi, antibodi pendeteksi ditambahkan, membentuk kompleks dengan antigen. Antibodi pendeteksi dapat berikatan juga dengan enzim, atau dapat dideteksi  secara langsung oleh antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim melalui biokonjugasi. Di antara tiap tahap, plate harus dicuci dengan larutan deterjen lembut untuk membuang kelebihan protein atau antibodi yang tidak terikat. Setelah tahap pencucian terakhir, dalam plate ditambahkan substrat enzimatik untuk memproduksi sinyal yang visibel, yang menunjukkan  kuantitas antigen dalam sampel. Teknik ELISA yang lama menggunakan substrat kromogenik, meskipun metode-metode terbaru mengembangkan substrat fluorogenik yang jauh lebih sensitif.

Aplikasi ELISA
ELISA dapat mengevaluasi kehadiran antigen dan antibodi dalam suatu sampel, karenanya merupakan metode yang sangat berguna untuk mendeterminasi konsentrasi  antibodi  dalam serum (seperti dalam tes HIV), dan juga untuk mendeteksi kehadiran antigen. Metode ini juga bisa diaplikasikan dalam industri makanan untuk mendeteksi allergen potensial dalam makanan seperti susu, kacang, walnut, almond, dan telur. ELISA  juga dapat digunakan dalam bidang toksikologi untuk uji pendugaan cepat pada berbagai kelas obat.
ELISA adalah tes skrining dahulu banyak digunakan untuk HIV karena kepekaan tinggi. Dalam ELISA, serum seseorang diencerkan 400 kali lipat dan diterapkan pada pelat yang antigen HIV yang terpasang. Jika antibodi terhadap HIV hadir dalam serum, mereka dapat mengikat antigen HIV. Pelat ini kemudian dicuci untuk menghapus semua komponen lain dari serum. Sebuah "antibodi sekunder" khusus disiapkan - antibodi yang mengikat antibodi lain - kemudian diterapkan ke piring, mencuci diikuti oleh yang lain. Ini antibodi sekunder secara kimiawi terkait di muka untuk enzim.
"Anti IgG manusia" Antibodi Ganda Sandwich ELISA
Dengan demikian, piring akan berisi enzim sebanding dengan jumlah antibodi sekunder terikat ke piring. Sebuah substrat untuk enzim diterapkan, dan katalisis oleh enzim mengarah ke perubahan pada warna atau fluoresensi. Hasil ELISA dilaporkan sebagai nomor; aspek paling kontroversial dari tes ini adalah menentukan "cut-off" titik antara positif dan hasil negatif. Sebuah titik cut-off dapat ditentukan dengan membandingkannya dengan standar yang dikenal. Jika tes ELISA digunakan untuk skrining obat di tempat kerja, konsentrasi cut-off, 50 ng / mL, misalnya, didirikan, dan sampel yang berisi konsentrasi analit standar akan disiapkan. Diketahui bahwa menghasilkan sinyal yang lebih kuat daripada sampel dikenal adalah "positif." Mereka yang menghasilkan sinyal lemah, yang "negatif." Dokter Dennis E Bidwell dan Alister Voller menciptakan tes.
Kegunaan lain dari ELISA meliputi:
1. deteksi antibodi mikobakteri dalam TB.
2. deteksi rotavirus dalam tinja.
3. deteksi penanda hepatitis B dalam serum.
4. deteksi enterotoksin E. coli dalam tinja.

  Tipe-tipe ELISA
Ada beberapa tipe-tipe ELISA, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Indirect ELISA
2.      Sandwich ELISA
3.      Competitive ELISA
 
  1.     Indirect ELISA
(Gambar Mekanisme Indirect ELISA)

Tahap umum yang digunakan dalam indirect ELISA untuk mendeterminasi konsentrasi antibodi dalam serum adalah:
a)      Suatu antigen yang sudah dikenal dan diketahui konsentrasinya ditempelkan pada permukaan lubang plate mikrotiter. Antigen tersebut akan menempel pada permukaan plastik dengan cara adsorpsi. Sampel dari konsentrasi antigen yang diketahui ini akan menetapkan kurva standar  yang digunakan untuk mengkalkulasi konsentrasi antigen dari suatu sampel yang akan diuji.
b)      Suatu larutan pekat dari protein non-interacting, seperti bovine serum albumin (BSA) atau kasein, ditambahkan dalam semua lubang plate mikrotiter.  Tahap ini dikenal sebagai blocking, karena protein serum memblok adsorpsi non-spesifik dari protein lain ke plate.
c)      Lubang plate mikrotiter atau permukaan lain kemudian dilapisi dengan sampel serum dari antigen yang tidak diketahui, dilarutkan dalam buffer yang sama dengan yang digunakan untuk antigen standar. Karena imobilisasi antigen dalam tahap ini terjadi karena adsorpsi non-spesifik, maka konsentrasi protein total harus sama dengan antigen standar.
d)     Plate dicuci, dan antibodi pendeteksi yang spesifik untuk antigen yang diuji dimasukkan dalam lubang. Antibodi ini hanya akan mengikat antigen terimobilisasi pada permukaan lubang, bukan pada protein serum yang lain atau protein yang terbloking.
e)      Antibodi sekunder, yang akan mengikat sembarang antibodi pendeteksi, ditambahkan dalam lubang. Antibodi sekunder ini akan berkonjugasi menjadi enzim dengan substrat spesifik. Tahap ini bisa dilewati jika antibodi pendeteksi berkonjugasi dengan enzim.
f)       Plate dicuci untuk membuang kelebihan konjugat enzim-antibodi yang tidak terikat.
g)      Dimasukkan substrat yang akan diubah oleh enzim untuk mendapatkan sinyal kromogenik/ fluorogenik/ elektrokimia.
h)      Hasil dikuantifikasi dengan spektrofotometer, spektrofluorometer atau alat optik/ elektrokimia lainnya.
Enzim bertindak sebagai amplifier, bahkan jika hanya sedikit antibodi terikat enzim yang tetap terikat, molekul enzim akan memproduksi berbagai molekul sinyal. Kerugian utama dari metode indirect ELISA adalah metode imobilisasi antigennya non-spesifik, sehingga setiap protein pada sampel akan menempel pada lubang plate mikrotiter, sehingga konsentrasi analit yang kecil dalam sampel harus berkompetisi dengan protein serum lain saat pengikatan pada permukaan lubang.

  2.     Sandwich ELISA


Tahapan dalam Sandwich ELISA adalah sebagai berikut:
a)      Disiapkan permukaan untuk mengikatkan antibodi ‘penangkap’
b)      Semua non spesifik binding sites pada permukaan diblokir
c)      Sampel berisi antigen dimasukkan dalam plate
d)     Plate dicuci untuk membuang kelebihan antigen yang tidak terikat
e)      Antibodi primer ditambahkan, supaya berikatan secara spesifik dengan  antigen
f)       Antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim dimasukkan, yang akan berikatan dengan antibodi primer
g)      Plate dicuci, sehingga konjugat antibodi-enzim yang tidak terikat dapat dibuang
h)      Ditambahkan reagen yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal berwarna/ berfluoresensi/ elektrokimia
i)        Diukur absorbansinya  untuk menetukan kehadiran dan kuantitas dari antigen
Keuntungan utama dari metode sandwich ELISA adalah kemampuannya menguji sampel yang tidak murni, dan mampu mengikat secara selektif antigen yang dikehendaki. Tanpa lapisan pertama antibodi penangkap, semua jenis protein pada sampel (termasuk protein serum) dapat diserap secara kompetitif oleh permukaan lempeng, menurunkan kuantitas antigen yang terimobilisasi.
Prinsip kerja sandwich ELISA dapat dilihat pada skema berikut ini:
  3.     Competitive ELISA
Tahapan pengerjaan ELISA kompetitif berbeda dari dua metode yang telah dibahas sebelumnya, yaitu:
a)      Antibodi yang tidak berlabel diinkubasi dengan kehadiran antigennya
b)      Komplek antigen-antibodi ini selanjutnya ditambahkan pada lubang yang telah dilapisi antigen
c)      Plate dicuci, sehingga kelebihan antibodi tercuci (semakin banyak antigen dalam sampel, semakin sedikit antibodi yang dapat terikat pada antigen yang menempel pada permukaan lubang, karena inilah disebut kompetisi
d)     Ditambahkan antibodi sekunder yang spesifik utnuk antibodi primer. Antibodi sekunder ini berpasangan dengan enzim
e)      Substrat ditambahkan, enzim akan mengubah substrat menjadi sinyal kromogenik/ fluoresensi.
Dalam ELISA kompetitif, semakin tinggi konsentrasi antigen orisinal, semakin lemah sinyal yang dihasilkan. Prinsip kerjanya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Secara singkat tahapan kerja dalam metode ELISA dapat digambarkan sebagai berikut:


 
  4.     Beberapa dan Portable ELISA (M & P ELISA) (ELISA Reverse di makalah yang diterbitkan)

Sebuah teknik baru (EP 1 499 894 B1 di EPO Buletin 25.02.209 N. 2009/09; USPTO 7510687 di USPTO Buletin 2009/03/31; ZL 03.810.029,0 di SIPO RRC Buletin 2009/08/04) menggunakan fase padat terdiri dari polistiren immunosorbent batang dengan 8-12 ogives menonjol. Seluruh perangkat direndam dalam tabung reaksi berisi sampel dikumpulkan dan langkah-langkah berikut (cuci, inkubasi dalam conjugate dan inkubasi dalam chromogenous) dilakukan oleh mencelupkan ogives di microwells standar microplates pra-diisi dengan reagen.

Keuntungan dari teknik ini adalah sebagai berikut:
 Ø  Para ogives masing-masing dapat peka terhadap reagen yang berbeda, memungkinkan deteksi simultan dari antibodi yang berbeda dan / atau antigen yang berbeda untuk multi-target tes;
 Ø Volume sampel dapat ditingkatkan untuk meningkatkan sensitivitas tes di klinik (darah, air liur, urin), makanan (susu curah, telur dikumpulkan) dan (air) lingkungan sampel;
 Ø  Satu ogive yang tersisa unsensitized untuk mengukur reaksi non-spesifik sampel;
 Ø  Penggunaan perlengkapan laboratorium untuk mengeluarkan alikuot sampel, mencuci solusi dan reagen dalam microwells tidak diperlukan, memfasilitasi pengembangan siap menggunakan laboratorium-kit dan di tempat kit.


  5.     Material Dalam Metode ELISA
Ø  Antigen
Ø  Monoclonal Ab
Ø  Microplate
Ø  Blocking Buffer
Ø  Serum sample
Ø  Conjugate (secondary Ab + Enzyme)
Ø  Subtrate
Ø  Stop Sol.